Pernah suatu ketika saya ingin
menghadiri sebuah acara yang diadakan Ikatan Alumni SMA saya, karena waktunya
yang sangat mepet saya pun berangkat dengan tergesa-gesa dan begitu khawatir
jangan sampai saya datang terlambat. Saya kemudian menyetop sebuah angkot,
setelah beberapa menit berjalan saya baru tersadar bahwa angkot ini kosong,
pasti sebentar sebentar akan berhenti, karena akan menunggui penumpang
dibeberapa titik, saya pun mulai gelisah, gelisah jika angkot yang saya tumpangi
berjalan lambat karena masih mencari penumpang dan juga jika harus menemui
macet, pastilah saya akan telat menghadiri acaranya.
Dugaan saya benar terjadi, baru
sekitar 10 menit berjalan angkot yang
saya tumpangi berhenti. Saya melihat sekeliling adakah penumpang yang akan
naik, tapi tak kutemukan ada gelagat penumpang yang ingin naik, saya mulai
gelisah dan tak tenang duduk diatas angkot, ingin rasanya turun dan pindah
keangkot yang lainnya. Tiba-tiba seorang ibu menghampiri angkot yang saya
tumpangi, dan sang sopir angkot saya lihat tersenyum kepada ibu itu lalu menyodorkan
selembar uang, taukah sahabat siapa ibu itu?, ibu itu adalah seorang pengemis.
Seorang ibu tua dengan pakaian yang lusuh, kelihatannya sangat sulit berjalan,
ia hanya mampu melangkah perlahan-lahan, dan barulah saya menyadari kenapa
angkot yang saya tumpangi berhenti, ternyata sang sopir menunggu ibu pengemis
itu mendekat ke angkotnya, ia ingin membagi rezeki yang ia peroleh, meski saya
rasa belum seberapa yang ia dapat hari ini, karena waktu itu masih pagi dan
penumpang kelihatannya sepi. Sebenarnya tadi waktu angkot ini berhenti, saat
saya mencari ke segala penjuru adakah penumpang yang akan naik, saya sudah
melihat ibu tua ini berjalan mendekati angkot ini, tapi saya tak memperdulikannya
karena saya pikir angkot ini berhenti karena sedang menunggu penumpang, tapi
ternyata tidak, sang sopir ternyata sedang menunggu ibu pengemis itu melintas.
Hari itu saya mendapat pelajaran luar biasa dari seorang sopir angkot, saya
belajar ketulusan, belajar keikhlasan, belajar sabar, dan berprasangka baik
kepada oranglain. Dengan berbagai keterbatasannya sopir angkot itu masih mau
berbagi kepada orang lain, sementara saya hanya sibuk memikirkan diri saya
sendiri, saya sibuk menyalahkan orang lain atas kejadian yang tidak saya
inginkan, padahal sebenarnya jika saya berangkat lebih awal saya bisa datang
tepat waktu ke acara saya, dan saya tidak punya alasan untuk menyalahkan siapa
pun. Tapi sekali lagi Tuhan memberi saya pelajaran terbaik di sekolah terbaik
yakni sekolah kehidupan, dari seorang guru terbaik yakni guru kehidupan.
Akhirnya saya terlambat datang ke acara saya, tapi saya tetap bersyukur luar
biasa karena dalam keterlambatan saya, Allah memberi saya mata pelajaran yang
begitu dasyat, pelajaran tentang kehidupan, pelajaran yang begitu berharga dari
seorang sopir angkot, terima kasih guru, akhlakmu sungguh menawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar