Akhir Oktober kemarin seorang teman mengajak saya hiking ke salah satu puncak tertinggi di
Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, jadwal hikingnya di awal November.
Dapat ajakan hiking itu senengnya gak ketulungan, terlebih lagi yang open trip
ini adalah teman temen dari komunitas Akhwat Traveler, yang menandakan “Girls
Only” yang boleh bergabung, perjalanannya akan steriiiilll dong yaaaa, hehheee……
Mendekati jadwal yang telah di tentukan, ternyata
hiking nya ditunda hingga dua minggu ke depan, meski sedikit kecewa, tapi masih
bersyukur hanya ditunda, tidak di batalkan. Tapi cerita lain menyambut, hari
yang telah ditentukan oleh teman-teman komunitas ternyata berbenturan dengan
beberapa agenda saya, ini bener bener menguras otak saya untuk berfikir keras,
dan Alhamdulillah Allah merestui saya melihat salah satu tempat lain di belahan
buminya, beberapa agenda saya ternyata bisa saya tinggalkan, dan yang lainnya
saya bisa menyusul, maka jadilah trip ke Puncak Biru saya mulai bersama teman-teman
dari Komunitas Akhwat Traveler.
Sehari sebelum keberangkatan, Jadwal hiking rilis,
ini dia…………………..
02.00
– 03.00 : Kumpul di Mesjid Simpang
Empat Jl.Suryanata
03.00
– 04.00 : Riding woles ke penyebrangan
Fery
04.00
– 04.10 : Menyebrang ke Tenggarong
04.10
– 04.45 : Riding ke Mesjid Bukit Biru
04.45
– 05.15 : Break Sholat Subhu
05.15
– 05.30 : Riding ke Spot Awal Treking
05.30
– 06.30 : Trekking ke Puncak
Jayawijaya, eh Bukit Bitu wkwkwkw
06.30
– 07.30 : Kegiatan Bebas, bertanggung
jawab menikmati alam di puncak
07.30
– 08.30 : Yuk turun Bukit
08.30
– 09.00 : Riding ke lokasi P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kelaparan)
09.00
– 10.00 : Brunch bin latr breakfast
^_^
10.00
– 11.00 : City Explore dan foto - foto
di tempat tempat yang lagi hitz di Tenggarong
11.00
– 12. 30 : Balikan Cuuyy…..
Pukul dua lewat lewat dikit, saya dan teman saya,
namanya Lina, teman yang ngajakin saya gabung di trip ini sudah tiba di Mesjid
simpangan Suryanata, tempat kita meeting point sebelum berangkat. Satu persatu
teman teman komunitas sudah mulai berdatangan, meski ada satu dua orang yang
tiba tiba cancel. Menjelang pukul tiga semua sudah datang, total kami ada
sebelas orang, dan sebelum memulai perjalanan, doa pun mengalun indah di dalam
hati hati kami, berharap semoga Allah memberikan perlindungan dan kelancaran
dalam perjalanan kami.
Bismillahirrahmanirrahim…….
Kompak terucap mengawali perjalanan kami. Memasuki
wilayah Tenggarong, gerimis menyambut kami, jalanan tampak basah, seperti baru
saya hujan deras. Pukul 03.30 kami tiba di dermaga penyebrangan, lebih cepat
dari jadwal. Allah memang sudah merestui perjalanan kami, karena biasanya di
jam jam seperti itu tidak ada lagi perahu yang akan menyebrang, ohhh yaaa kami
menyebrangnya menggunakan perahu atau orang sini sebut klotok, kalo menyebrang menggunakan Fery bukanya pagi
hari. Info dari pemilik perahu, sebenarnya perahu perahu disini juga baru
beroprasi di pagi hari, kebetulan saja waktu itu ia sedang menyandarkan
kapalnya di Dermaga, dan kebetulan banget pas kami nyampe di Dermaga, saya
yakin banget ada campur tangan Allah di dalamnya yang kemudian memudahkan
perjalanan kami. Biaya penyebrangan pun seharga 50 ribu untuk sebuah sepeda
motor, kami menyebrang dengan kendaraan soalnya. Udara dingin dini hari di
tambah hujan yang sepertinya makin deras memberi sensasi tersendiri di
perjalanan kali ini, dibutuhkan waktu 10 – 15 menit untuk sampai ke seberang.
Pukul 04.30 kami tiba di mesjid dekat pintu gerbang
pendakian menuju puncak biru. Setelah menunaikan sholat Subhu, pendakian pun di
mulai, meski sempat digejutkan dengan longsor yang menutupi akses menuju puncak,
yang sempat membuat kami berfikir untuk mencari akses lain, tetapi akhirnya
setelah berusaha memutar pandangan ke sekeliling, menembus gelapnya malam,
akhirnya kami menemukan jalan setapak tidak jauh dari lokasi longsor, ternyata
jalan setapak itu merupakan jalan menuju puncak.
Pendakian dimulai, jalanan sedikit licin setelah di
guyur hujan. Tapi semua itu tak mengurangi semangat kami untuk sampai ke
puncak, kami ingin segera sampai di puncak sebelum matahari keluar dari
peraduanya. Pukul 06.00 teenggg kami sampai dipuncak, kami di sambut kabut
tebal, Tenggarong dari atas terlihat samar-samar. Kami menunggu hingga pukul
06.30 dan matahari sepertinya enggan menampakkan diri, kabut makin tebal
jadilah kami hanya berkawan kabut. Angan angan akan menemukan saaanraaiiss
akhirnya pupus sudah. Tapi tak apa berkawan kabut juga tak kalah cantik….
Puncak Biru With Komunitas Akwat Traveler
Tenggarong adalah nama
kota di Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk mencapai Tenggarong membutuhkan
waktu kurang lebih satu jam dari Kota Samarinda. Kota Tenggarong sendiri di pisahkan
oleh sebuah sungai, pusat kotanya sendiri ada di seberang, jadi untuk sampai ke
sana kita harus menyebrang menggunakan perahu atau fery yang disediakan oleh
Dinas Perhubungan Kutai Kartanegara. Dulunya ada jembatan yang menghubungan
wilayah Tenggarong Kota dan Tenggarong Seberang, akan tetapi beberapa tahun
lalu, jembatan ini rubuh, dan tragedi ini pun memakan banyak korban. Jembatan
penyebrangan itu sementara dalam pembangunan kembali.
Kesan saya pertama
kali ke Kota Tenggarong, kota kecil ini bersih, tatanan kotanya lumayan bagus. Jika
berkesampatan saya masih ingin bisa mengijakan kaki di kota kecil ini, saya
belum main ke Museum Kayu, dan juga Pulau Kumala yang terletak di tengah tengah
sungai. Next Timee daah, semoga Allah meridhoi, Aamiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar