Do What You Love, Love What You Do

Senin, 28 Desember 2015

Ini cerita liburanku, cerita liburanmu mana?

Keputusannya melepas anak gadis nya tinggal jauh dari keluarga saya tau sungguh sangat berat baginya, tapi kebanggaan nya pada anak sulungnya atas setiap pencapaiannya menguatkan hatinya untuk membiarkannya pergi, menggapai mimpi mimpinya untuk menjadi sebaik baik manusia yang bermanfaat bagi sesamanya, ia tak lain adalah lelaki  yang kupanggil bapak, disampingnya berdiri seorang perempuan berhati emas yang tak henti hentinya berdoa pada Allah agar menjaga anaknya di rantauan, dialah yang sejak berpuluh tahun silam aku panggil mama.

Tak terasa sudah setahun enam bulan mengemban tugas sebagai pelayan masyarakat di salah satu kota di pulau kalimantan, yang otomatis membuat intensitas pertemuan saya dengan orangtua sangat sedikit, kerinduan pun akhirnya hanya seringkali berlabuh dalam bait bait doa.

Menjelang penghujung tahun, ajakan liburan dari teman teman mulai berdatangan, mengingat ada beberapa tanggal merah yang memungkinkan bagi saya untuk bisa bergabung, akan tetapi di tengah keinginan untuk ikut menjelajah tempat tempat baru, hati kecil ini berbisik tentang dua malaikat yang senantiasa rindu menunggu saya untuk pulang, dialah mama dan bapakku. Merekalah  yang selalu menjadi alasanku untuk kuat, untuk selalu semangat berkarya, semangat  berbagi, dikala kejenuhan menghampiri, perjuangan mereka membesarkan, menyekolahkan, mendidik, dan mengurusi segala hal tentang hidupku selalu menjadi penyemangat luat biasa, lalu kenapa saya tidak memilih liburan bersama mereka ?.
Saya pun akhirnya memutuskan untuk pulang kampung dan menikmati liburan bersama keluarga.

Bagi saya moment saat perjumpaan pertama kali dibandara setiap kali mereka datang menjemputku setelah lama tak bertemu adalah moment paling mengharukan, mereka rela datang lebih awal untuk menghindari macet dan menunggu berjam jam dari pada harus telat datang menjemputku. Melihat wajah mereka dari kejauhan, dengan pandangan mata penuh harap, mencari cari dari kerumunan orang banyak yang satu persatu melintas pintu kedatangan, berharap diantara mereka ada seseorang yang mereka tunggu. Pemandangan seperti itu sungguh mengharukan bagi saya, gelombang cinta yang teramat besar kurasakan dari kejauhan saat kembali bertemu kedua orangtua yang begitu saya rindukan.

Disambut gerimis, kota kecil ini terasa ikut juga menumpahkan kerinduannya padaku. Perjalanan ke kampungku akhirnya harus ditempuh selama kurang lebih dua jam karena jalanan licin dan berkelok kelok. Kecamatan Camba, Kab.Maros Sulawesi Selatan dengan bangga kuperkenalkan sebagai kampung halamanku, sebuah desa kecil di kaki gunung sekitar 45 km dari pusat Kota Kabupaten Maros.

Dua jam perjalanan tak pernah membuat saya bosan atas suguhan alam yang begitu indah sepanjang perjalanan, melewati hamparan sawah yang menguning, suara derasnya air sungai memecah bebatuan, gunung gunung yang menjulang, melewati kawasan hutan lindung dan sungguh beruntung waktu saya lewat sekawanan kera sedang asyik makan di pinggiran jalan, kera kera itu sangat jarang bisa kita temukan saat ini. Kaca mobil kubiarkan terbuka, kubiarkan angin membelai wajahku, bergantian dengan gerimis yang sesekali menghampiri, siapa sangka sekumpulan kupu kupu dengan beraneka warna dan ukuran yang berbeda dengan santainya datang menghampiri seolah olah menyampaikan ucapan selamat datang. Allah, terima kasih atas suguhan alam yang begitu sempurna menyambut kedatanganku kali ini.

Rencana liburan sudah saya susun, kali ini pengen mengajak keluarga maen ke air terjun, air terjun yang paling terkenal di Sulawesi Selatan, yakni Air Terjun Bantimurung, juga pengen ngajak makan pisang epe di anjungan Pantai Losari, juga wisata kuliner ke tempat makan favorite, tapi apalah daya hujan tak henti hentinya menghuyur. Alhasil rencana liburan pun akhirnya berubah dengan berjalan jalan mengitari pusat perbelanjaan sambil sesekali mampir untuk makan bersama, selebihnya liburan saya nikmati di rumah saja.

Sepertinya Allah punya rencana lain atas liburan saya, saya lebih banyak menghabiskan waktu liburan di rumah, bercengkrama dengan orangtua dan saudara, mendengarkan adik yang lahir setelah saya menjelaskan tentang ribetnya menjalani praktikum dan segala hal tentang perkuliahannya serta dengan setia mendengar adik bungsuku menjelaskan nilai nilai ujian semesternya, mendengarkan bapak dengan seabrek cerita tentang berbagai pengalaman hidupnya, sambil menikmati berbagai cemilan yang dibuat mama. Demikianlah liburan yang kami nikmati dengan bercerita dan saling mendengarkan, bercerita tentang harapan dan impian impian kami masing masing, mendengarkan nasehat bapak dan mama yang tak pernah habis. Kami tertawa, bersenda gurau menikmati kebersamaan yang begitu singkat, dan akhirnya saya mengerti bahwa liburan itu bukanlah tentang dimana tapi bersama siapa dan bagi anak perantauan seperti saya liburan bersama keluarga adalah yang paling tepat.
Jika kamu punya waktu yang cukup luang, sesekali habiskanlah liburanmu bersama orangtua, karena tak ada yang bisa memastikan liburan mendatang kita masih bisa bersama.

Ini liburanku, mana liburanmu?

Tidak ada komentar: