Kisah
Uang 2000
Pagi
ini tampak masih mendung, listrik pun belum menyala semenjak padam sekitar
pukul 2 dini hari, akibatnya saya tak bisa mandi karena air tak mengalir, hujan
pun kemudian turun dengan derasnya, dan akhirnya saya memutuskan untuk tidak
masuk kantor. Kebetulan hari ini 2 adikku akan datang dari kampung untuk
mengisi liburan disini. Ba’da dzuhur mereka pun tiba dirumah dengan girangnya.
Liburan
sudah berlalu sepekan, tapi kedua adikku baru sempat liburan karena kampungku
dilanda bencana banjir hebat. Untuk menyenangkan mereka, aku pun berjanji
mengajak mereka nonton dan jalan-jalan ke mol besok setelah saya pulang kantor.
Keesokan
harinya, mereka sudah siap ketika saya tiba di rumah setelah pulang kantor,
takut mereka menunggu lama akupun menahan rasa laparku, setelah menunaikan
sholat dzuhur kami pun berangkat. Rencana pertama kami adalah nonton film
disalah satu mol, dan untuk menjangkunya kami harus naik angkot 2 kali.
Angkot
pun melaju dengan tenang, hingga tiba disebuah lampu merah di dekat bandara,
ketika lampu berubah merah, itu menandakan kendaraan semuanya berhenti, dan
memberi kesempatan kepada para pengamen dan pengemis untuk menyerbu kendaraan
yang sedang berhenti, termasuk di angkot yang saya tumpangi bersama kedua adik
saya. Usianya masih sangat belia, yah kalo saya perkirakan mungkin usianya baru
8 Tahun. Pengamen cilik itu kemudian mulai mendendangkan sebuah lagu, sambil
bertepuk tangan mengiringi lagu yang ia dendangkan. Pengamen cilik itu seumuran
dengan adik bungsuku yang sekarang duduk disampingku, pandangannya tak terlepas
dari wajah pengamen cilik itu, kupandangi wajah adikku, tampak ada rasa iba di
raut wajahnya melihat anak seumuran dia melakukan pekerjaan seperti itu. Lagu
yang didendangkan pengamen cilik itu belum selesai ketika sebentar lagi lampu
merah berganti menjadi kuning, sebelum berganti kuraih uang pecahan dua ribu
rupiah, lalu kusodorkan kepada pengamen cilik itu, setelah berterima kasih
pengamen itu lalu menepi kepinggir, karena kendaraan kembali berjalan karena
lampu lalulintas sudah berubah menjadi hijau. Akupun menoleh ke adik bungsuku,
senyuman bahagia tanpa ia pamerkan diwajahnya. Entah apa yang lagi bermain
dipikirannya. Dengan menunjukkan hal-hal tersebut aku merasa bahagia mampu
mengajarkan indahnya berbagi kepada sesama.
Setiba
di Mol, kami pun nonton dan jalan-jalan, kuturuti semua kemauan adikku,
termasuk ketika adik bungsuku memintaku untuk membelikannya buah durian, yah
buah itu buah favoritnya, aku pun menurutinya, kubiarkan dia menghabiskan 1
buah durian ukuran kecil sendirian, meski tampaknya ia masih mau. Tapi malam
sudah makin larut, dan kami harus pulang, jangan sampai kami ketinggalan
angkot.
2
hari kemudian, sepulang saya dari kampus, saya pun singgah membeli 2 buah
durian sedang dipinggir jalan, meski kulihat isi dompetku, sisa pecahan 50
ribu, tak apalah saya sisakan saja untuk ongkos angkot hingga rumah, aku ingin
sekali lagi membuat mereka bahagia dan menikmati liburannya, kerena besok
mereka sudah akan dijemput dan kembali ke kampung. Sesampai di rumah mereka
menikmati dengan lahapnya, meski aku harus putar otak bagaimana caranya
mengirit uang agar cukup hingga akhir bulan ini, karena uang yang seharusnya
cukup sebulan telah saya gunakan untuk jalan-jalan bersama kedua adikku. Aku
pun meminta kepada sang Maha Kaya, Allah SWT, semoga dibukakan pintu rezekiNya Untukku.
Hari
senin, saya kembali masuk kantor, baru 5 menit saya duduk di meja kerja saya,
tiba-tiba kepala ruangan saya menyodorkan uang Dua Ratus Ribu Rupiah, katanya
ini bonus buat saya karena kerja dengan baik, maklum saya bukanlah pegawai
tetap dikantor ini, saya hanyalah pegawai sukarela, hanya pegawai magang dan
sekarang masih berstatus sebagai mahasiswi semester akhir di salah satu
perguruan swasta dengan segudang kebutuhan. Tapi sungguh kejadian dihari senin
pagi itu, mengingatkan saya kepada uang dua ribu rupiah yang saya berikan
kepada pengamen cilik sekitar 5 hari
yang lalu.
Aku
semakin yakin bahwa, jika kamu berbuat kebaikan kepada sesama, baik itu berupa
sedekah, infaq, zakat dan lainnya. Maka Allah SWT akan sangat mudah membalasnya
dengan berkali lipat. Saya pun semakin semangat menggunakan hidupku untuk
berbagi lebih banyak dan lebih manfaat untuk orang banyak. Semoga Allah SWT
Meridhoinya. Aamiin Yaa Rabb…
Salam
Sukses Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar