Perjalanan hidup kita
menuju kehidupan terbaik bukanlah hal yang mudah. Kadang kerikil kerikil tajam
menghadang tergantung kita, apakah akan berhenti atau terus berjalan. Hari ini
saya bertemu dengan guru kehidupan saya yang sangat luar biasa. Saya, yang
masih kadang mengeluh dengan hadirnya kerumitan dalam proses yang kujalani
tertunduk malu dihadapanya. Di hadapan pribadi luar biasa yang sungguh
membuatku merasa belum berbuat apa-apa dalam hidupku.
Dengan linangan air mata
yang sungguh tak bisa terbendung, kutulis cerita singkat ini kepada teman-teman
agar tak membiasakan diri mengeluh. Taukah sahabat, hari ini, ba’da magrib,
sewaktu saya berjalan keluar dari sebuah percetakan, dipinggir jalan seorang
anak kecil sedang mengatur tumpukan kardus-kardus di atas becaknya, bajunya
compang camping, lusuh, tak beralas kaki, tapi ia mengenakan topi sekolah. Kuhampiri
ia, lalu kulontarkan beberapa
pertanyaan.
“Sampai jam segini masih
cari kardus de? “
“iya….”
“Bapaknya Kerja apa…?”
“Tukang Becak……”
“Ade Sekolah…?”
“Iya…”
“Kelas Berapa..?”
“Kelas 6…”
“Rumahnya dimana?”
“Di Sukaria….”
Taukah sahabat Sukaria
itu tempat yang sangat jauh jika harus
ditempuh dengan jalan kaki atau dengan mengayuh becak sekalipun, dari tempat
saya bertemu anak pemulung tadi ke rumahnya. “Semangatmu Luar Biasa de, aku malu padamu, semoga Allah membukakan
rezeki sebanyak-banyaknya untukmu”, bisikku dalam hati. Ia masih sempat tersenyum
kepadaku, sebelum melangkah pergi mendorong becaknya yang berisi kardus kardus
bekas. kupandangi ia hingga ia menghilang dalam kegelapan. Allah selalu
mengajar kita dengan caranya.Seperti cara ia mengajarku hari ini, bahwa
bersyukur adalah kunci hidup kita didunia dan mengeluh sama sekali tidak
menghasilkan apa-apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar