Sejuk rasanya ketika air wudhu
membasahi wajah ini, damai rasanya ditiap sujud demi sujud ini, indah rasanya
ketika alunan dzikir ini mengalun, namun ada derai tangis ketika kedua tangan
ini menengadah doa kepada sang khaliq. Saya tentunduk penuh malu kepada Rabbku,
malu karena selama ini rasa-rasanya saya masih sedikit sekali bersyukur, malu
karena selama ini rasanya ibadah ini belum juga baik, malu kepada Rabbku yang
menghadiahkan banyak hal meski hambaNya begitu kotor.
Kupandangi sujud sujud mereka,
kulihat keceriaan anak-anak di bangku sekolah, kulihat senyuman indah ibu-ibu
yang sedang berbelanja di Pasar, kulihat orang-orang yang bersemangat
menyelesaikan pekerjaan kantornya, semua itu dilalui dengan penuh ketenangan. Hidup
dan menetap di Negara yang mayoritas muslim, yang menganut kebebasan beragama,
membuat kita bisa beribadah, bersekolah, bekerja dan beraktivitas dengan
tenang. Namun, di belahan bumi sana, ada saudara saudara kita yang terpaksa
sholat di tengah dentuman senjata, ada anak-anak kecil yang ditembak mati di
sekolahnya, ibu ibu yang harus menahan lapar karena tak ada yang bisa dimakan, lalu
kita yang menutup mata akan semua itu. Hati mereka sesungguhnya berteriak
meminta tolong, tapi kita yang mengaku bahwa setiap muslim itu bersaudara
seakan akan menutup telinga. Hati ini bertanya, apa yang telah saya lakukan
untuk sedikit meringankan kesedihan mereka, seringkah ada untaian doamu untuk
mereka. Saya malu, karena tak bisa berbuat banyak untuk mereka, bahkan jarang
sekali mendoakan mereka, padahal mereka itu saudaraku. Saya sungguh malu…..,
apa jadinya jika seandainya saya yang diposisi mereka, hidup dengan penuh
ketakutan, di belahan bumi sana, di Suriah, Palestina, Bosniah, ribuan orang
dibunuh dengan kejam, tapi seolah-olah kita tak tau, kita tidak peduli, padahal
kita berada di bumi yang sama, bumi Allah, cukuplah untaian doa-doa kita
mengalun untuk saudara-saudara kita di sana, semoga Allah berkenan
mengabulkannya.
Apa benar benar mata kita buta,
telinga kita tuli, tangan dan kaki kita lumpuh, hati kita mati? Negara kita
yang terlihat begitu penuh ketenangan ternyata sangat memprihatikan, pemimpin Negara
kita cuma bekerja untuk pencitraan, sibuk korupsi, sementara Negara kita
dipenuhi kasus kekerasan seksual yang semakin meningkat, pembunuhan di
lingkungan pendidikan, korban korban mutilasi, korban-korban AIDS, kasus bunuh
diri, aborsi, perampokan, orang-orang yang meninggal karena Miras, remaja yang
overdosis obat-obat terlarang, bayi-bayi meninggal karna gizi buruk, yang pada
akhirnya mungkin penjara tak bisa lagi menampung semua pelaku kasus kasus tersebut.
Apa kita benar-benar tidak prihatin dengan semua itu???
Apa yang bisa kita lakukan? Bisa
kita mulai dari diri kita sendiri, membentenggi diri kita dengan iman yang
kuat, menjaga diri kita untuk sedapat mungkin tidak memasuki lingkungan yang
tidak benar. Hari hari kita alangkah indahnya jika dilalui dengan menghasilkan
karya-karya yang bermanfaat, melatih diri kita untuk berbagi, meski yang kita
lakukan hanya hal-hal kecil, seperti saling mengingatkan satu sama lain, itu
lebih baik dari pada tidak sama sekali. Saya teringat dengan Ucapan Khalifah
Umar Bin Khatab, “Waspadalah terhadap waktu luang, karena ia lebih banyak
membuka pintu maksiat daripada syukur”.
Nah sahabat, sudah saatnya kita membuka
mata kita untuk semua yang telah terjadi di muka bumi ini, apapun profesi kita
sunggguh tak pernah membatasi kita untuk berbuat sesuatu. Yukk kita mulai dari
lingkungan sekitar kita, membuat orang lain bahagia, membuat bahagia yang kita
rasakan malah berlipat ganda. Sudah saatnya kita bukan lagi memikirkan apa yang
bisa kita dapatkan, tapi apa yang bisa kita berikan. Doaku buat sahabat semua
yang sempat membaca tulisan singkat ini dan bersedia bergerak dan saling
bergandengan menebar kebaikan dan manfaat di muka bumi ini, semoga kelak segala
kebaikan yang kita lakukan dengan tulus ikhlas akan menghantarkan kita berkumpul
di Jannah Nya. Aamiinn
Salam Rindu Penuh Cinta Untuk
Sahabat Semuanya
Dariku,
@IrnaYulaini_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar