Do What You Love, Love What You Do

Senin, 05 Mei 2014

Mendengarkan Juga Butuh Latihan


Menjalani kehidupan di muka bumi ini bukanlah membiarkannya mengalir seperti air, membiarkannya kemanapun arus membawanya, tapi kita mesti memilih arus yang mana yang akan kita lalui, dan kemana arus itu akan pergi, meskipun semua arus itu kelak akan berkumpul di tempat yang sama, lautan. Sama halnya dengan kita yang pada akhirnya akan berkumpul di tempat yang sama kelak, Padang Mahsyar, sebuah tempat dimana kita akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama di dunia, tapi tentu setiap manusia mempunyai hak untuk memilih arus atau jalan yang mana yang ingin ia lalui.


Kehidupan kita di dunia tidak pernah terlepas dari peran dan didikan orangtua kita, di lingkungan keluarga saya, semenjak kecil selalu ditanamkan menjadi anak yang pemberani, olehnya itu semenjak di Sekolah Dasar ayah saya saya selalu melatih saya untuk mampu tampil di depan umum, mendorong saya selalu aktif dalam berbagai kegiatan, dengan tujuan untuk melatih keberanian saya untuk tampil di depan umum, baik itu tampil membacakan puisi, membawakan ceramah, memberi sambutan, hingga saya menceburkan diri saya ke berbagai organisasi. Sebuah keberuntungan, kesempatan dan ujian yang diberikan Allah, sewaktu SMA saya diberi tanggungjawab menjadi Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), memasuki bangku perguruan tinggi rutinitas di berbagai organisasi saya geluti, dan kembali memegang tanggung jawab sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Gizi. Aktivitas seperti ini sungguh melatih kemampuan saya untuk terus berkembang, melatih kemampuan komunikasi saya bertemu dengan orang-orang baru, hingga akhirnya Tahun 2011 – 2012 saya terjun ke masyarakat, focus bergabung di Nutrition Improvement through Community Empowerment Project. Apa yang saya pelajari sungguh sangat bermanfaat, tapi akhir tahun 2012 saya belajar untuk mengintropeksi diri saya, bahwa ternyata apa yang saya pelajari selama ini masih sangat sedikit, kemampuan saya berbicara di depan umum itu belum ada apa-apanya, di luar sana banyak sekali ilmu yang belum saya pelajari. Akhirnya, awal Tahun 2013 saya memutuskan untuk mengikuti Wanna Be Trainer di IPB yang diselenggarakan oleh Akademi Trainer, di sana saya benar benar berguru pada ahlinya, dipertemukan dengan orang-orang luar biasa, yang membuka mata saya, dan membangunkan saya, bahwa saya mesti belajar banyak kepada mereka, semakin saya belajar semakin saya sadar bahwa saya masih sangat bodoh.



Dalam perjalanannya kuputuskan untuk mengisi hari hariku untuk belajar dan terus belajar, namun ada satu hal yang beberapa hari yang lalu mengusik pikiranku, bahwa ternyata ada satu hal yang jarang saya latih selama ini, yakni mendengarkan. Meski hobby saya mengikuti diskusi, seminar dan training  yang semuanya itu dilalui dengan cara mendengarkan, tapi tak sesimple itu. Kegiatan mendengarkan bukan hanya sekedar masukknya gelombang suara ke dalam telinga, kemudian diterjemahkan oleh otak, tetapi kegiatan mendengarkan ialah bagaimana otak menerima pesan melalui telinga, kemudian dicerna, yang membuat seluruh fungsi tubuh berada dalam satu frekuensi untuk menyerap apa yang telah di dengarkan, yang pada akhirnya akan menggerakkan kita untuk menerapkan apa yang telah kita dengar jika itu positif, dan meninggalkannya jika itu negative.



Kenapa saya mengatakan bahwa mendengarkan itu mesti dilatih, karena ada beberapa orang yang saya temui lebih sering menggunakan mulutnya di banding telinganya, dan kenyataannya yang saya lihat bahwa, orang yang seperti ini sulit mendengarkan orang lain, sulit menerima pendapat oranglain, mau menang sendiri, yang pada akhirnya sulit untuk melaksanakan tanggungjawabnya karena merasa tak ingin diperintah, tak ingin menerima masukan, karena menurutnya apa yang ia lakukan benar, orang seperti ini sulit berkembang dan menghasilkan karya.



Ada juga tipe orang yang ia akan duduk tenang mendengarkan, mengamati satu demi satu yang dikatakan oleh orang lain, tetapi sembari ia komat kamit dalam hati karena merasa apa yang dikatakan orang itu tidak penting, ia hampir sama dengan tipe orang diatas, sedikit mendengar, tetapi orang diatas  akan dengan lantang mengeluarkan banyak teori, tapi orang tipe ke dua ini, hanya tau memberi kritikan tanpa solusi.



Tipe selanjutnya adalah tipe yang setengah mendengarkan, ia senang mendengarkan orang lain, tapi ketika apa yang ia dengarkan merasa menyudutkannya atau meyinggung dirinya, maka ia seperti mendengarkan tapi masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ini sering sekali terjadi pada situasi dimana orangtua sedang menasehati anaknya, atau seorang guru yang sedang menasehati murid muridnya, atau seorang yang lebih muda menasehati atau berbicara di depan orang yang lebih tua.



Pada akhirnya bisa saya simpulkan bahwa mendengarkan itu memang butuh latihan, latihan bagaimana mengelola emosi, jika apa yang kita dengar ternyata belum sepenuhnya bisa kita terima, belajar mencerna apa yang kita dengarkan, mengubah ion negative menjadi ion positif, yang kemudian akhirnya proses mendengarkan itu menjadi sangat menyenangkan, karena setiap kali kita mendengarkan kita selalu mampu menyediakan wadah positif yang mampu menampung segala hal yang kita dengarkan.



Mari kita berlatih menjadi pendengar yang baik….



Salam Santun

@irnayuliani_


Tidak ada komentar: