Sudah
Lebih dari seperlima abad, engkau dedikasikan hidupmu untukku ibu. Engkau
lupakan rasanya lelah demi senyum yang merekah diwajahku, Bapak. Bapakku adalah
orang yang seringkali memceritakan sebuah dongeng menjelang aku tidur sewaktu
aku masih duduk di Bangku Sekolah Dasar. Ibuku, adalah orang yang paling sangat
memperhatikan kebersihan diriku, tak luput 1 cm pun.
Kini saat aku mulai beranjak dewasa, tak lagi
mampu setiap hari memandang ke dua wajah yang selalu membuatku rindu. Dulu
bapakku punya motor pespa tua, motor pespa itu yang selalu digunakan bapakku
mengantar jemput aku ke sekolah,bahkan hingga mendaftarankan diri keperguruan
tinggi. Sayang,,,,pespa tua itu telah dijual. Sejak kecil, aku dididik dengan
penuh kedisiplinan tinggi, ditanamkan pendidikan budi pekerti sedini mungkin,
diajarkan banyak pelajaran tentang kehidupan, sopan santun dan tata karma
adalah wejangan yang hampir tiap malam menjadi nasehat ibu bapakku. Nasehat
yang selalu disampaikan dengan santun, menempaku menjadi anak yang sangat
menghormati kedua orang tuaku.
Kawan….pernahkah
kita berfikir, ketika kita lagi asyik jalan di Mol, menghabiskan waku shoping
bersama teman. Orang tua kita berada dalam kondisi yang sulit. cobalah terawang
jauh ke tempat yang berbeda. Ke tempat ibu bapakmu berada, Ibu yang lagi
kebingungan karena sudah tak cukup lagi uang untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari hingga akhir bulan, bapak yang tak lagi merasakan tetesan keringat
yang bercucuran demi mencari nafkah untuk keluarganya.
Kawan,
kita pasti sering mendengarkan kata-kata ini “Uangmu Masih ada nak?” , “ini
uang pembeli tas baru nak”, “Bapak
sudah gajian nak, berapa kebutuhanmu bulan ini?”, kalian lihat betapa
mereka hampir setiap detik memikirkan segala kebutuhan kita. Tapi kawan,
pernahkah kita memikirkan keinginan mereka.
Atas
izin Allah SWT, kedua orang tuaku telah mendapatkan undangan untuk bertamu ke
rumah Allah di Makkah, Ibu di Tahun 2001 dan
Bapak di Tahun 2004. Beberapa waktu lalu, ketika aku lagi dalam
perjalanan ke suatu tempat bersama bapakku, tiba-tiba aku melontarkan satu
pertanyaan, yang kemudian membuat mataku berkaca-kaca, aku bertanya “Bapak, tidak rindukah bapak bertamu lagi ke
rumah Allah SWT di Makkah Al Mukarramah, tidak adakah keinginan untuk beribadah
umrah?” Lalu bapakku menjawab dengan sangat lembut. “Hati ini sudah sangat rindu, tapi adikmu sebentar lagi akan masuk
perguruan tinggi dan pasti membutuhkan biaya besar, kayaknya angan angan ini
masih jauh”. Sambil memalingkan muka, berniat menyembunyikan wajahku yang
sudah hampir dipenuhi linangan air mata haru. Ya Allah….hati ini pedih dan
sungguh tersayat-sayat, betapa dengan mudahnya beliau mengubur angan – angannya
demi kebahagiaan anak-anaknya. Lain halnya dengan kita, yang terkadang
memberontak jika keinginan kita tak dipenuhi oleh orag tua.
Kawan,
akhir Usia ini, kita tak pernah tau, apajadinya jika selama hidup kita, tak
sekalipun kita membahagiakan orang tua kita, apa jadinya jika semasa hidup kita
hanya diisi dengan menyusahkan ibu bapak kita, looh, “itukan kewajibanya sebagai orang tua”, memang kewajibanya sobat. Tapi kenapa kita
sibuk memikirkan kewajiban orangtua, Kewajiban
Kita????. Sebagai seorang anak sudahkah kita tunaikan???. Orang tua tak
pernah menunutut apa apa kepada anak-anaknya, cukup melihat anak-anaknya
tersenyum itu sudah menjadi kado terindah dalam hidupnya. Sering kali aku hati
ini sangat tersentuh, jika melihat ibu-ibu yang begitu lembut bertutur kata
kepada anaknya. Pernah suatu ketika aku dalam perjalanan ke suatu tempat,
kemudian di angkot yang saya tumpangi, ada seorang ibu-ibu bersama anaknya yang
kira-kira berusia 2 Tahun. Semenjak saya naik, anak kecil dalam gendongan itu
ibu sedang asyik menyayikan sebuah lagu,meski ia belum fasih mengucapkan
kata-kata dengan baik, lagu itu diulang-ulang hingga ibu dan anaknya itu turun.
“Satu-Satu, Aku Sayang Ibu, Dua Dua Aku Sayang
Ayah, Tiga Tiga Sayang Adik Kakak, satu dua tiga saying semuanya” itulah
lagu sederhana yang diajarkan sang ibu kepada anaknya, lagu yang bagiku
mengandung makna yang sangat hebat, terlihat jelas bahwa sedari kecil ibu
bapakka kita mengajarkan untuk saling mengasihi, tapi kenapa ketika kita mulai
beranjak dewasa, malah kita jarang sekali menunjukkan kasih sayang kepada kedua
orang tua kita. Kita sibuk menghabiskan waktu bersama teman teman kita, kita
sibuk melakukan banyak hal, tanpa sedikitpun menengok ibu bapak kita di kampung,
bagi yang jauh dari orang tuanya.
So…Mulai
dari sekarang mulailah berfikir apa yang bisa kita persembahkan untuk kedua
orang tua kita. Jika selama ini, kita sering meninggikan nada suara kita kepada
orang tua kita, cobalah untuk mengontrol setiap tutur kata kita, karena
mengucapkan kata “ah” saja, sungguh kita telah melampau batas.
Bagiku,
Ayah ibuku adalah jembatanku menuju Surga, dengan mengabdikan hidupku kepada
keduanya, Dalam setiap doaku aku memohon kepada sang pemilik nyawaku, semoga
kelak DIA berkenan membangunkan sebuah rumah di Surga untuk kedua orang tuaku,
dan semoga aku bisa mendapat undangan bertamu ke Tanah SuciNYA di Makkah
Al-Mukarrammah bersama kedua orang tuaku. Aamiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar