Aku Mencintaimu
Kali ini saya ingin berbagi
cerita tentang sebuah pengalaman hidupku sewaktu saya berusia 13 Tahun, waktu
itu saya masih duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah pertama. Masa remaja
yang penuh dengan energi besar dan luar biasa, tapi memasuki tingkatan awal
diusia remaja berbeda dengan diriku. Meski diawal langkah ini penuh dengan
kebanggaan karena merupakan murid baru yang memiliki nilai ujian akhir sekolah
tertinggi, semangat belajar sangat menggebu-gebu di dalam jiwa ini, akan tetapi
beberapa bulan kemudian semua sirna. Semua berawal ketika saya di ponis dokter
menderita hemoroid, ketakutan luar biasa menyelimuti hati dan pikiranku, di sekolah
saya tak pernah merasa nyaman belajar. Dalam seminggu pasti satu dua hari saya
absen, karena harus check up ke dokter. Dan rumah sakit tempat saya check up
berjarak kurang lebih 60 km dari tempat tinggal saya, ditemani ibuku tercinta
aku pun bolak balik ke rumah sakit. Akhirnya
pada suatu hari, ketika saya kembali memeriksakan diri ke dokter, karena dokter
penanggunjawab diruangan tersebut tidak pernah hadir di tempat setiap kali saya
ke rumah sakit itu, maka dokter di ruangan itu menyarankan saya untuk
memeriksakan diri ke kliniknya yang buka pukul 19.00 malam.
Hari itu, aku, ibu dan
bapakku, keliling mencari alamat kliniknya, dan akhirnya pukul 20.00 kami
menemukannya, kami kemudian ikut dalam antrian. Hasil pemeriksaan dokter
akhirnya memutuskan bahwa saya harus menjalani operasi, karena penyakit
hemoroid itu sudah tidak bisa diobati hanya dengan minum obat, sudah ada tumor
kecil yang tumbuh. Tubuh ini kaku, sekujur tubuh dingin, hati ini was was tidak
karuan. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 21.30 Wita, masalah kembali
muncul, ayahku hanya memiliki motor pespa tua, dan tidak mungkin memuat kami
bertiga, akhirnya ibuku memutuskan untuk naik angkot sendiri meski sudah tengah
malam, tapi itulah satu-satunya cara agar kami bisa pulang malam itu. Aku pun
dan bapakku mengikuti angkot yang ditumpangi ibuku dari belakang, hingga
akhirnya kami tiba di kota kabupaten, dan yahhh………….. masih ada 45 km lagi
menuju rumahku. Waktu menunjukkan pukul 23.00 tengah malam, tak ada lagi
kendaraan menuju kampungku. Akhirnya ibuku memutuskan untuk menginap disalah
satu rumah keluarga, tapi aku dan bapakku memutuskan untuk pulang malam itu,
adikku yang berusia 7 Tahun menunggu di rumah, meski ditemani tetangga. Pukul
23.15 aku dan bapakku dengan motor pespa tuanya akhirnya berangkat, melawan
dinginnya malam, jalanan yang berkelok kelok, karena letak rumahku berada jauh
di pegunungan. Memasuki kawasan Cagar Alam, dikanan kiri hanya ada rimbunan
hutan yang begitu menyeramkan ditengah malam seperti ini, dan apa yang terjadi…..lampu
motor bapakku tiba-tiba mati, dalam hati berkata, Ya Allah, Kuatkan kami atas cobaan ini, berilah perlindungan kepadaku
dan Bapakku. Suasana kemudian sangat gelap gulita, waktu menunjukkan pukul
23.40 menit, berada ditengah jalan, dikelilingi hutan rimbun, tanpa lampu jalan
sama sekali. Ayahku kemudian memutus untuk melanjutkan perjalanan dengan
bantuan penerangan dari sebuah senter kecil. Ayat Kursi dan beberapa Surah,
terus saya baca berulang-ulang, semoga kami senantiasa dalam perlindunganNYA. Dan
Alhamdulillah 15 menit kemudian kami bertemu dengan truk yang juga sedang
melaju kearah yang sama, kami pun mengikuti truk tersebut karena lampu depan
dan belakang truk berfungsi dengan baik. Pukul 00.30 akhirnya aku dan bapakku
tiba dirumah dengan selamat. Betapa besar ucap syukur pada Allah pada waktu
itu. Tiba dirumah, baru terasa dinginnya malam itu, didalam perjalanan tadi tak
terasa karena diliputi ketakutan yang begitu hebat.
Setelah mengganti baju,
akupun masuk kamar meski rasa ngantuk sama sekali belum datang. Kucoba pejamkan
mata, tapi yang ada hanya wajah kedua orang tuaku, Betapa dengan sangat nyata
kusaksikan perjuangan keduanya untukku, tak peduli rintangan apapun yang
menghadang, yang mereka inginkan hanya agar buah hati mereka selalu sehat dan
bahagia.
Akhirnya seminggu kemudian
aku menjalani operasi, ibu dan ayahku setia mendampingiku di rumah sakit. Keluar
dari ruang operasi, betapa bahagianya hati ini, ketika membuka mata untuk
pertama kalinya, dan yang saya lihat adalah wajah ibu bapakku, ingin rasanya
waktu itu melompat memeluk keduanya, tapi apa daya obat bius itu masih
mengendalikan diriku, kesadaranku belum pulih betul. 4 hari dirumah sakit
akhirnya aku diizinkan pulang oleh dokter. Kembali berkumpul dirumah bersama
ibu bapak dan adikku, adalah anugrah yang sungguh luar biasa.
Kini, aku jauh dari ibu
bapakku, aku tak bisa setiap menit melihat mereka, diusianya yang tak lagi muda,
ingin rasanya setiap detik menghabiskan waktu bersama mereka, tapi aku disini
sedang merangkai masa depan, mewujudkan mimpi mereka agar aku menjadi anak yang
sukses. Ya Rabb, aku tak mampu melihat setiap senyuman, setiap kerutan yang
sudah mulai muncul, setiap rasa sakit yang mereka rasakan, semoga engkau
bersedia menjaga keduanya dengan penjagaan terbaikMU.
Ibu Bapak…..
Aku
mencintaimu dengan segenap jiwa ragaku…..
Peluk
Cium Dariku
Irna Yuliani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar