Do What You Love, Love What You Do

Rabu, 17 April 2013

Aku Mencintaimu


Aku Mencintaimu
Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang sebuah pengalaman hidupku sewaktu saya berusia 13 Tahun, waktu itu saya masih duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah pertama. Masa remaja yang penuh dengan energi besar dan luar biasa, tapi memasuki tingkatan awal diusia remaja berbeda dengan diriku. Meski diawal langkah ini penuh dengan kebanggaan karena merupakan murid baru yang memiliki nilai ujian akhir sekolah tertinggi, semangat belajar sangat menggebu-gebu di dalam jiwa ini, akan tetapi beberapa bulan kemudian semua sirna. Semua berawal ketika saya di ponis dokter menderita hemoroid, ketakutan luar biasa menyelimuti hati dan pikiranku, di sekolah saya tak pernah merasa nyaman belajar. Dalam seminggu pasti satu dua hari saya absen, karena harus check up ke dokter. Dan rumah sakit tempat saya check up berjarak kurang lebih 60 km dari tempat tinggal saya, ditemani ibuku tercinta aku pun bolak balik ke rumah sakit.  Akhirnya pada suatu hari, ketika saya kembali memeriksakan diri ke dokter, karena dokter penanggunjawab diruangan tersebut tidak pernah hadir di tempat setiap kali saya ke rumah sakit itu, maka dokter di ruangan itu menyarankan saya untuk memeriksakan diri ke kliniknya yang buka pukul 19.00 malam.
Hari itu, aku, ibu dan bapakku, keliling mencari alamat kliniknya, dan akhirnya pukul 20.00 kami menemukannya, kami kemudian ikut dalam antrian. Hasil pemeriksaan dokter akhirnya memutuskan bahwa saya harus menjalani operasi, karena penyakit hemoroid itu sudah tidak bisa diobati hanya dengan minum obat, sudah ada tumor kecil yang tumbuh. Tubuh ini kaku, sekujur tubuh dingin, hati ini was was tidak karuan. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 21.30 Wita, masalah kembali muncul, ayahku hanya memiliki motor pespa tua, dan tidak mungkin memuat kami bertiga, akhirnya ibuku memutuskan untuk naik angkot sendiri meski sudah tengah malam, tapi itulah satu-satunya cara agar kami bisa pulang malam itu. Aku pun dan bapakku mengikuti angkot yang ditumpangi ibuku dari belakang, hingga akhirnya kami tiba di kota kabupaten, dan yahhh………….. masih ada 45 km lagi menuju rumahku. Waktu menunjukkan pukul 23.00 tengah malam, tak ada lagi kendaraan menuju kampungku. Akhirnya ibuku memutuskan untuk menginap disalah satu rumah keluarga, tapi aku dan bapakku memutuskan untuk pulang malam itu, adikku yang berusia 7 Tahun menunggu di rumah, meski ditemani tetangga. Pukul 23.15 aku dan bapakku dengan motor pespa tuanya akhirnya berangkat, melawan dinginnya malam, jalanan yang berkelok kelok, karena letak rumahku berada jauh di pegunungan. Memasuki kawasan Cagar Alam, dikanan kiri hanya ada rimbunan hutan yang begitu menyeramkan ditengah malam seperti ini, dan apa yang terjadi…..lampu motor bapakku tiba-tiba mati, dalam hati berkata, Ya Allah, Kuatkan kami atas cobaan ini, berilah perlindungan kepadaku dan Bapakku. Suasana kemudian sangat gelap gulita, waktu menunjukkan pukul 23.40 menit, berada ditengah jalan, dikelilingi hutan rimbun, tanpa lampu jalan sama sekali. Ayahku kemudian memutus untuk melanjutkan perjalanan dengan bantuan penerangan dari sebuah senter kecil. Ayat Kursi dan beberapa Surah, terus saya baca berulang-ulang, semoga kami senantiasa dalam perlindunganNYA. Dan Alhamdulillah 15 menit kemudian kami bertemu dengan truk yang juga sedang melaju kearah yang sama, kami pun mengikuti truk tersebut karena lampu depan dan belakang truk berfungsi dengan baik. Pukul 00.30 akhirnya aku dan bapakku tiba dirumah dengan selamat. Betapa besar ucap syukur pada Allah pada waktu itu. Tiba dirumah, baru terasa dinginnya malam itu, didalam perjalanan tadi tak terasa karena diliputi ketakutan yang begitu hebat.
Setelah mengganti baju, akupun masuk kamar meski rasa ngantuk sama sekali belum datang. Kucoba pejamkan mata, tapi yang ada hanya wajah kedua orang tuaku, Betapa dengan sangat nyata kusaksikan perjuangan keduanya untukku, tak peduli rintangan apapun yang menghadang, yang mereka inginkan hanya agar buah hati mereka selalu sehat dan bahagia.
Akhirnya seminggu kemudian aku menjalani operasi, ibu dan ayahku setia mendampingiku di rumah sakit. Keluar dari ruang operasi, betapa bahagianya hati ini, ketika membuka mata untuk pertama kalinya, dan yang saya lihat adalah wajah ibu bapakku, ingin rasanya waktu itu melompat memeluk keduanya, tapi apa daya obat bius itu masih mengendalikan diriku, kesadaranku belum pulih betul. 4 hari dirumah sakit akhirnya aku diizinkan pulang oleh dokter. Kembali berkumpul dirumah bersama ibu bapak dan adikku, adalah anugrah yang sungguh luar biasa.
Kini, aku jauh dari ibu bapakku, aku tak bisa setiap menit melihat mereka, diusianya yang tak lagi muda, ingin rasanya setiap detik menghabiskan waktu bersama mereka, tapi aku disini sedang merangkai masa depan, mewujudkan mimpi mereka agar aku menjadi anak yang sukses. Ya Rabb, aku tak mampu melihat setiap senyuman, setiap kerutan yang sudah mulai muncul, setiap rasa sakit yang mereka rasakan, semoga engkau bersedia menjaga keduanya dengan penjagaan terbaikMU.
Ibu Bapak…..
Aku mencintaimu dengan segenap jiwa ragaku…..
Peluk Cium Dariku
Irna Yuliani

Tidak ada komentar: