Suara takbir menggema di mana-mana, yahh ini
adalah malam takbiran, setelah berpuasa
sebulan penuh di Bulan Ramadhan, akhirnya datang juga hari kemenangan.
Kemenangan bagi ummat islam yang senantiasa menjaga keistiqomahannya dalam menjalankan
fungsinya sebagai seorang khalifah di muka bumi ini, kemenangan bagi kita semua
yang senantiasa menempatkan ketaataan diatas apapun di muka bumi ini,
kemenangan bagi kita semua yang senantiasa memantaskan diri kepada sang Maha
Mulia, Allah SWT.
Tanda kesyukuran itu adalah dengan senantiasa
memperbaiki diri diri kita, memantaskan diri kita sebagai hambanya yang
meyakini bahwa tiada Tuhan Selain Allah SWT, dan Muhammad adalah utusanNYA
Nah, dihari nan Fitri, ditengah kesyahduan
melepas Ramadhan bertetapatan dengan suasana haru dan penuh rasa syukur
menyambut Idul Fitri, saya ingin memohon Maaf yang sebesar-besarnya atas tutur
kata, sikap dan tindakan yang mungkin pernah kurang berkenan di hati
saudara/saudariku sekalian, semoga perjalanan kita menuju 11 Bulan ke depan
akan menjadi perjalanan yang penuh istiqomah hingga kita dipertemukan kembali
dengan Bulan Ramadhan yang penuh berkah, aamiinn.
Seperti halya Suasana Ramadhan dan Idul Fitri di
Tahun-Tahun sebelumnya, Alhamdulillah saya bisa melewatinya bersama keluarga di
kampung halaman “Camba”. Camba adalah sebuah kota kecamatan di kaki gunung,
sekitar 1,5 Jam dari Kota Maros atau sekitar Kurang Lebih 2 Jam dari Kota
Makassar. Camba, menggambarkan suasana pedesaan yang masih tetap sejuk dan
asri, Desa ini selalu membuatku rindu, dan selalu jatuh cinta atas setiap sudut
keindahan yang ia pamerkan, sebuah keindahan yang merupakan bukti akan
kebesaran Ilahi.
Hari pertama lebaran, seperti biasa adalah
silaturahim ke rumah nenek, yang jaraknya dekat dengan rumah, sambil bolak-balik
ke rumah juga karena beberapa keluarga juga mulai datang ke rumah. Setelah silaturahim dengan keluarga dan
tetangga di sekitaran rumah, jadwal selanjutnya adalah silaturahim ke kampung
asli bapak, namanya Tanete, sebuah daerah pedalaman di Kec.Mallawa, kecamatan
yg berbatasan dengan Kec.Camba.
Dan Napak
Tilas Jilid 1 dimulai…..
Saya dan keluarga besar dari bapak memulai
silaturahim di rumah sepupu bapak, lanjut rumah nenek, dan beberapa rumah
keluarga bapak lainnya. Suasana haru dan canda tawa menemani moment silaturahmi
kami kala itu, seingat saya, saya menginjak kampung ini lagi setelah kurang
lebih 3 Tahun lamanya. Setiap kali ke
kampung ini bapak pasti akan selalu menceritakan masa-masa kecil, perjuangannya
menempuh jarak berpuluh kilo meter berjalan kaki untuk bisa bersekolah, selalu
menjadi kisah yang mengagumkan bagiku. Saya Tidak bisa mengabadikan banyak
moment di Kampung ini, karena waktu silaturahim yang sangat singkat, sehingga
kami pun hanya mengunjungi beberapa keluarga saja.
Berbagi hati, di hari pertama lebaran sungguh
sangat menyenangkan, indahnya silaturahmi adalah bagian dari hidup yang wajib
kita syukuri.
Next………..
Hari Ke Dua lebaran, Napak Tilas Jilid 2 di mulai, Yuupss kami akan bersilaturahmi ke
Kampoeng Asli mama saya, yaah tanah dimana ia dilahirkan dan melewati masa kecil
yang sungguh amat sangat sulit. Saya amat sangat bersemangat, terakhir ke sana
Tahun 2003, genap 10 Tahun kemudian akhirnya saya kembali akan mengunjungi
tanah kelahiran mama saya, Namanya Desa Bonto Tangnga, sebuah Desa yang berada
di Pegunungan Kabupaten Maros. Dahulu, untuk menjangkau Desa itu, hanya dapat
ditempuh dengan jalan kaki, karena medan yang akan dilalui belum bisa dilalui
oleh kendaraan. Baru beberapa Tahun belakangan ada Mobil Jib yang mengangkut
penumpang ke Desa itu, itupun hanya 2 atau 3 mobil saja yang hilir mudik
membawa penumpang. Ongkos kesana lumayan mahal, bagi penduduk sekitar yakni
25.000 sekali jalan per orang, dengan jarak tempuh kurang lebih 1 Jam, tapi
sebagian besar penduduk sana tetap memilih menumpang mobil dibanding harus
berjalan kaki, meski masih ada beberapa penduduk yang memilih untuk berjalan
kaki. Bagi penduduk yang memiliki kendaraan roda dua, agak lebih mudah dengan
ongkos yang lebih irit.
2 buah mobil Jib sudah disewa untuk mengangkut
kami sekeluarga menuju Desa Bonto Tangga, Keluarga Besar ibu saya sudah mulai
berdatangan dan menaikkan satu persatu barang ke atas mobil. Setelah semuanya selesai, perjalananpun di
mulai. Jalanan yang kami lalui adalah jalanan berbatu, kami semua harus senantiasa
berpegangan erat. Sesekali saya dapat mengambil gambar, jika jalanan sedikit
baik.
Dan akhirnya sampai juga,,,,,,
Kami langsung menuju rumah saudara ibu saya,
disana keluarga sudah mulai berkumpul menyiapkan makanan untuk menyambut kami. Rasa
Lelah diperjalanan akhirnya terobati dengan dapat berkumpul bersama di Tanah
kelahiran mama saya. Mama saya adalah anak ke 6 dari 11 bersaudara, dan semuanya
dilahirkan di Desa ini, anak, cucu, menantu, sepupu, om, tante semua berkumpul
di rumah ini, rumah panggung sederhana
yang melahirkan banyak kerinduan untuk selalu bersua.
Wahhh,
rumah sekecil itu langsung diserbu oleh keluarga besar mama saya, gak muaattt,
hehehee…….., Ba’da Sholat Jum’at, seeokor Sapi di potong dan akan menjadi
santapan keluarga besar saya di hari ke dua lebaran ini, berbagai macam masakan
khas daerang bugis di buat, Mulai dari Coto, Daging Toppalada, Konro, sayur pokko,
Kepiting isi kelapa, kue apang, sokko dan masakan lainnya
Keluarga besar saya mengadakan open house, untuk
warga disekitaran rumah, dari hari ke 2 lebaran hingga hari ketiga lebaran beberapa warga dan sanak family masih
berdatangan.
Dan akhirnya, hari sabtu ba’da dzuhur setelah
nyekar ke makan kakek, ayah dari mama saya serta nyekar ke makam nenek buyur,
kami pun pamit dengan seluruh keluarga yang ada di Desa Bonto Tangnga.
Berbagi hati itu sangat menyenangkan……
Acara Silaturahminya belum selesai lohh sobbb,
masih lanjut. Di hari ke 4 lebaran. Saya kembali silaturahim dengan
sahabat-sahabat SMA saya di acara REUNI AKBAR SMAN CAMBA, wuiihhh acaranya rame
banget, gak nyangka bakal sebanyak itu yang datang, mulai dari Alumni
1986-2013, semua membanjiri seluruh sudut-sudut sekolah, Saluttt banget daaahh
dengan Panitianya….’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar